Share
AHLAN WASYAHLAN FII' | "SUBCECI BLOG" | SALAM BUAT PENGUNJUNG YANG MENYEMPATKAN WAKTUNYA MAMPIR DISINI | IMAM SENDIRI TAHAP BELAJAR,BILA ADA KEKURANGAN MOHON SARAN DAN KOMMENNYA | AKHIR KATA,SENANG BERJUMPA DAN BERBAGI DENGAN ANDA | WASSALAM.

Kamis, 21 Januari 2010

Tidak suka mencela dan menghina

 
Tidak suka mencela dan menghina
Akhlak seorang suami terhadap isteri atau sebaliknya harus memegang prinsip romantisme menghindari celaan dan hinaan. Jangan pernah mencela. Jangan pernah menghina. Jikalau pasangan melakukan kesalahan, maka ingatkanlah dengan santun dan dengan suara yang penuh welas asih. Bukan dengan suara tinggi. Tidak disertai dengan caci maki. Dan perlu disadari bahwa yang salah adalah perbuatannya, bukan orangnya keseluruhan. Setiap orang pasti pernah melakukan kekeliruan. Termasuk suami atau isteri. Oleh karena itu, ingatkan perbuatannya saja, dengan tanpa mencela dan mencaci orangnya. Celaan selalu membekas di hati. Bagaikan sayatan pisau di permukaan batang pohon. Semakin banyak celaan, maka semakin banyak bekas sayatan yang ada pada batang pohon. Bersikaplah lembut. Seperti do’a yang diucapkan banyak orang kepada anda berdua ketika menikah dulu: ”Allafa baina quluubuhum”. Yang artinya lembutkan hati mereka berdua. Kelembutan atau kekasaran hati ini bersifat imbal balik. Seorang suami yang bersikap kasar terhadap isterinya, akan mengakibatkan isteri juga bersikap kasar dan kurang sopan kepadanya. Begitupun sebaliknya. Sikap lembut suami akan dibalas dengan sikap lembut isteri. Maka dari itu, tuntutlah diri sendiri terlebih dulu untuk bersikap santun dan lembut, maka dunia akan bersikap lembut dan santun kepada anda, Insya Allah.

Aku bertanya kepada pamanku, Hind bin Abi Halah. Ia adalah seorang ahli dalam meriwayatkan (sifat Rasulullah SAW). Aku bertanya: Ceritakanlah kepadaku sifat Rasulullah SAW berbicara? Ia menjawab: Rasulullah SAW adalah seorang yang banyak mengenyam kesusahan. Beliau selalu berpikir, tidak sempat beristirahat santai. Beliau lebih banyak diam (tidak banyak bicara), beliau tiada bicara, kecuali apabila perlu. Membuka dan menutup pembicaraannya dengan menyebut nama Allah Ta’ala. Isi pembicaraannya padat dengan makna, kata-katanya jelas, tiada yang sia-sia, dan tiada pula yang kurang dipahami. Beliau tiada berlaku kasar dan tiada pernah menghina. Nikmat Allah dibesarkannya walaupun hanya sedikit. Selain itu, beliau tak pernah mencela makanan dan minuman. Juga tidak pernah memujinya (HR. Tirmidzi)

Artikel Terkait:




comment:

0 komentar to “Tidak suka mencela dan menghina”

kotak emoticon:
:f :D :x B-) b-( :@ x( :? ;;) :-B :| :)) :(( =(( :s :-j :-p

Posting Komentar

silahkan tinggalkan komentar anda disini.

 

sahabat

Back to TOP