
Tentang (Menghadap) Kiblat dan Orang yang Menganggap Tidak Perlu   Mengulang Shalat Apabila Seseorang Lupa dan Shalat dengan Menghadap ke   Arah Selain Kiblat Nabi Muhammad saw pernah mengucapkan salam setelah  melakukan dua  rakaat shalat zhuhur dan menghadapkan wajahnya ke arah  orang banyak,  kemudian menyempurnakan rakaat yang masih tertinggal.[ #.  Anas berkata bahwa Umar berkata, “Aku mendapatkan persetujuan  Tuhanku  dalam tiga hal. Aku (Umar) berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana  kalau  kita jadikan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat?’ Turunlah ayat,  ‘Dan,  jadikanlah sebagian maqam Ibrahim sebagai tempat shalat.’ Dan,  ayat  hijab (bertirai) di mana aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana   kalau engkau perintahkan istri-istrimu berhijab karena mereka diajak   bercakap-cakap oleh (dalam satu riwayat: engkau biasa didatangi oleh, 5/   149) orang yang baik dan orang yang jahat? Turunlah ayat hijab. Dan,   istri-istri Nabi Muhammad saw. bersepakat untuk cemburu kepada beliau,   lalu aku berkata kepada mereka, ‘Jika beliau menceraikan kalian, boleh   jadi Tuhannya akan menggantinya dengan istri-istri yang lebih baik   daripada kalian.’ (Dalam satu riwayat: ‘Dan telah sampai berita kepadaku   bahwa Nabi Muhammad saw mencela sebagian istrinya. Aku lalu menemui   mereka dan berkata, ‘Berhentilah kalian dari perbuatan itu atau Allah   akan mengganti bagi Rasul-Nya istri-istri yang lebih baik daripada   kalian,’ hingga aku datang kepada salah seorang dari mereka. Salah satu   istri ini berkata, ‘Hai Umar, apakah pada Rasulullah itu tidak terdapat   sesuatu yang dapat memberi pelajaran atau menyadarkan istri-istrinya   sehingga engkau menasihati mereka?’). Maka, turunlah ayat ini.” #.  Abdullah bin Umar berkata, “Pada waktu orang-orang sedang  melakukan  shalat subuh di Quba’, tiba-tiba mereka didatangi seseorang  (untuk  menyampaikan berita). Orang itu berkata, ‘Sesungguhnya, malam  tadi  telah diturunkan kepada Rasulullah saw. Al-Qur’an (yakni wahyu).  Beliau  diperintahkan shalat menghadap ke Kabah. [Maka ingatlah,  menghadaplah  kalian ke Kabah! 5/152].’ Mereka lalu menghadap ke Ka’bah,  padahal  waktu itu wajah mereka sedang menghadap ke Syam. Mereka lalu   menghadapkan wajahnya ke Ka’bah.”  Ludah dari Masjid dengan Tangan #.  Anas r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad saw melihat dahak di arah  kiblat.  Beliau merasa keberatan terhadap hal itu sehingga tampak di  wajah  beliau (ketidaksenangan itu), lalu beliau berdiri, lantas  menggaruknya  dengan tangan beliau seraya bersabda, “Sesungguhnya,  apabila salah  seorang di antaramu berdiri dalam shalat, sesungguhnya ia  sedang  bermunajat (bercakap-cakap) dengan Tuhannya atau Tuhannya itu di  antara  dia dan kiblatnya. Karena itu, janganlah salah seorang diantaramu   meludah ke arah kiblatnya [dan jangan pula ke arah kanannya,,  tetapi  kesebelah kiri atau di bawah telapak kakinya [yang kiri,.”  Beliau lalu  mengambil ujung selendang beliau dan meludah di situ.  Beliau lalu  menggeserkan sebagiannya atas sebagian yang lain, lalu  beliau bersabda,  ‘Atau, berbuat seperti ini.’”
#. Abdullah bin Umar berkata bahwa  Rasulullah saw melihat ludah (dalam  satu riwayat: dahak,  di dinding  masjid pada arah kiblat [ketika  beliau akan mengerjakan shalat di depan  orang banyak], lalu beliau  menggosoknya [dengan tangannya,], lalu  menghadap kepada orang  banyak (dalam satu riwayat: maka beliau marah  kepada ahli masjid),  lalu bersabda [setelah selesai], “Apabila salah  seorang di antara  kalian sedang shalat, janganlah ia meludah di  depannya karena  sesungguhnya Allah itu berada di arah mukanya jika ia  sedang shalat.”  [Ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata, "Apabila salah  seorang dari kamu  meludah, hendaklah ia meludah ke sebelah kirinya."]  #. Aisyah berkata bahwa Rasulullah saw melihat ada ingus, ludah, atau  dahak di dinding masjid, lalu beliau menggosoknya.  Dahak dari Masjid  dengan Batu Ibnu Abbas berkata, “Apabila kamu menginjak kotoran yang  basah, cucilah ia, dan jika kering, tidak perlu kamu cuci.”[ #. Abu  Hurairah dan Abu Said berkata bahwa Rasulullah saw melihat  dahak pada  dinding (dalam satu riwayat: ke arah kiblat,,  lalu beliau mengambil  sebutir kerikil kemudian menggosok-gosoknya, lalu  beliau bersabda,  “Apabila seseorang di antara kalian ingin meludah,  janganlah ia meludah  ke arah depannya dan kanannya, tetapi hendaklah  meludah ke sebelah  kirinya atau ke bawah kakinya yang kiri.”  Meludah ke Sebelah Kanan  Ketika Shalat  Meludah ke Sebelah Kirinya atau di Bawah Kaki Kirinya   Meludah di Masjid #. Anas bin Malik berkata bahwa Nabi Muhammad saw  bersabda,  “Meludah di masjid adalah suatu kesalahan dan kaffarahnya  (tebusannya)  adalah menanamnya (menghilangkannya).’”  Ludah di Masjid  #. Abu Hurairah berkata bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, “Jika   seseorang di antara kalian berdiri mengerjakan shalat, janganlah meludah   ke depannya karena sebenarnya ia di saat itu sedang bermunajat kepada   Allah selama ia masih di tempat shalatnya dan janganlah ia meludah ke   sebelah kanannya karena di sebelah kanannya ada seorang malaikat, tetapi   hendaklah dia meludah ke sebelah kirinya atau ke bawah telapak  kakinya,  lalu memendamnya (menanamnya).”   Imam Kepada Orang Banyak  Mengenai Pelaksanaan Shalat yang Sempurna dan Keterangan Tentang Kiblat  #. Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Apakah kamu   melihat kiblatku di sini? Demi Allah, tidaklah tersembunyi atasku   kekhusyuanmu dan rukumu, [dan, l/181] sesungguhnya aku melihatmu dari   belakang punggungku.” #. Anas bin Malik berkata, “Nabi Muhammad saw  shalat bersama dengan  kami sebagai imam dalam suatu shalat yang  dikerjakan. Kemudian, beliau  naik mimbar, lalu bersabda mengenai shalat  dan ruku, ‘Sesungguhnya, aku  melihat kalian dari belakangku  sebagaimana aku melihat kalian (sewaktu  berhadap-hadapan).’”  Dikatakan  Masjid Bani Fulan? #. Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah  saw  memperlombakan antar kuda yang diberi makan penuh dari Hafya’ ke   Tsaniyatil Wada’ dan memperlombakan antar kuda yang tidak diberi makan   penuh dari Tsaniyah ke masjid bani Zuraiq. Abdullah bin Umar termasuk   orang yang ikut berlomba itu.  Membagi dan Menggantungkan Tempat  Penyimpanan Harta di Dalam Masjid Anas berkata, “Nabi Muhammad saw  diberi harta dari Bahrain. Beliau  lalu bersabda, ‘Sebarkanlah di  masjid!’ Itulah sebanyak-banyak harta  yang disampaikan kepada  Rasulullah saw. Rasulullah saw lalu keluar untuk  shalat dan tidak  menoleh kepadanya. Ketika beliau telah selesai  menunaikan shalat,  beliau datang dan duduk di sana. Bila beliau melihat  seseorang, orang  itu beliau beri harta itu. Tiba-tiba Abbas r.a. datang  kepada beliau,  lalu ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, berilah aku karena  aku menebus  diriku dan aku menebus Aqil.’ Rasulullah lalu bersabda  kepadanya,  ‘Ambillah.’ Abbas lalu mengambilnya dan memasukkannya di  dalam kainnya,  dan dia menganggap pemberian itu hanya sedikit, tetapi ia  tidak mampu  untuk membawanya. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, suruhlah  seseorang  mengangkatkannya kepadaku.’ Beliau bersabda, ‘Tidak.’ Ia  berkata,  ‘Engkau sajalah yang mengangkatkannya kepadaku.’ Beliau  menjawab,  ‘Tidak.’ Ia lalu pergi. Rasulullah saw. mengikutinya terus  dengan  pandangannya hingga Abbas tidak terlihat oleh kami. Rasulullah  saw  berbuat begitu karena merasa heran terhadap keinginannya. Ketika   Rasulullah saw. berdiri, di sana sudah tidak ada satu dirham pun.”  yang  Mengundang Makan di Masjid dan Orang yang Mengabulkan Undangan Itu #.  Anas berkata, “Aku mendapati Nabi Muhammad saw dalam masjid  bersama  dengan sejumlah orang. Aku langsung mendekati beliau, lalu  beliau  bertanya kepadaku, ‘Apakah engkau suruhan Abu Thalhah?’ Aku  menjawab,  ‘Ya.’ Beliau bertanya, ‘Untuk makan-makan?’ Aku menjawab,  ‘Ya.’ Beliau  lalu bersabda kepada orang-orang yang bersama beliau,  ‘Berdirilah!’  Mereka lalu keluar dan aku berangkat di depan mereka.”  Keputusan dan  Saling Mengucapkan Li’an di Masjid (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam  Bukhari meriwayatkan dengan  isnadnya bagian dari hadits Sahl bin Sa’ad  yang tercantum pada Kitab  ke-68 ‘ath-Thalaq’, Bab ke-20.”)   Masjid di  Rumah-Rumah Al-Barra’ bin Azib shalat di masjidnya yang terletak di  rumahnya dengan berjamah. #. Dari Mahmud bin ar-Rabi’ al-Anshari [dan  dia mengaku menahan  Rasulullah saw dan menahan muntahan yang  dimuntahkannya (dalam satu  riwayat: dia berkata, "Aku menahan dari Nabi  Muhammad saw muntahan yang  beliau muntahkan di wajahku dan ketika itu  aku berumur lima tahun, dari timba yang berharga beberapa dirham,  [Mahmud mengaku, ]  bahwasanya [dia mendengar] Itban bin Malik [seorang  tunanetra dan,  termasuk sahabat Rasulullah saw. dari golongan yang  menyaksikan  (turut serta dalam) Perang Badar dari kalangan Anshar  [bersama  Rasulullah saw., katanya, "Aku melakukan shalat untuk  mengimami kaumku,  bani Salim, dan antara aku dan mereka terdapat lembah  yang apabila turun  hujan aku kesulitan melewatinya menuju ke masjid.  Aku datang kepada  Rasulullah saw. dan berkata kepada beliau, 'Wahai  Rasulullah,  pandanganku sudah buruk, padahal aku menjadi imam shalat  bagi kaumku.  Apabila turun hujan, mengalirlah air di lembah yang ada di  antara aku  dan mereka sehingga aku tidak mampu mendatangi masjid  mereka untuk  mengimami mereka. Wahai Rasulullah, aku ingin engkau  datang kepada ku,  lalu engkau shalat di rumahku [di tempat] yang aku  jadikan mushalla.’  Rasulullah saw bersabda kepadaku, ‘Akan aku lakukan  insya Allah.’  Keesokan harinya, Rasulullah saw dan Abu Bakar datang  kepadaku saat  matahari sudah tinggi (dalam satu riwayat: sangat terik).  Rasulullah saw  minta izin dan aku mengizinkannya, namun beliau tidak  duduk ketika  (dalam satu riwayat: sehingga,rumah. Beliau lalu bertanya,   ‘Dimanakah kamu inginkan agar aku shalat di rumahmu?’ Aku menunjukkan   beliau suatu arah dari rumahku, lalu Rasulullah berdiri dan bertakbir.   Kami lalu berdiri dan berbaris [di belakang beliau), kemudian beliau   shalat dua rakaat dan salam [dan kami mengucapkan salam setelah beliau   salam]. Kami menahan beliau (untuk menyantap) bubur gandum yang kami   campur dengan daging untuk beliau. [Maka orang-orang sekitar mendengar   Rasulullah saw. ada di rumah saya]. Datanglah beberapa orang laki-laki   dari desa itu dan mereka berkumpul. Salah seorang dari mereka berkata,   ‘Dimanakah Malik bin Dukhaisyin atau Ibnu Dukhsyun?’ Sebagian mereka   menjawab, ‘Dia itu orang munafik, tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya.’   Rasulullah saw lalu bersabda, Janganlah kamu berkata demikian. Bukankah   kamu telah melihatnya telah mengucapkan, ‘Tiada Tuhan melainkan Allah’   yang dengan ucapan itu ia mengharapkan ridha Allah?’ Ia berkata,  ‘Allah  dan Rasul-Nya lebih mengetahui.’ [Adapun kami], sesungguhnya  kami  melihat wajah dan nasihatnya kepada orang-orang munafik.  Rasulullah saw  lalu bersabda, ‘Sesungguhnya, Allah mengharamkan neraka  terhadap orang  yang mengucapkan, ‘Tiada tuhan melainkan Allah, karena  mengharapkan  keridhaan Allah.’” [Mahmud berkata, "Aku lalu menceritakan  hal ini kepada suatu kaum  yang di antaranya terdapat Abu Ayyub, yang  menemani Rasulullah saw dalam  peperangan yang mengantarkannya gugur di  sana. Yazid bin Muawiyah  sedang berkuasa atas mereka di negeri Rum. Abu  Ayyub mengingkari hal itu  atas aku. Ia berkata, 'Demi Allah, aku tidak  mengira Rasulullah akan  bersabda seperti yang engkau ceritakan itu.'  Aku merasakan hal itu  sebagai sesuatu yang besar. Aku menetapkan diriku  karena Allah supaya  menerimaku, sehingga aku selesai perang, untuk  menanyakan hal itu kepada  Itban bin Malik r.a-jika aku dapat  menjumpainya ketika masih hidup-di  masjid kaumnya. Aku menutup (selesai  perang). Aku lalu ber-talbiyah  untuk haji atau umrah, kemudian aku  pergi hingga sampai di Madinah,  kemudian aku datang ke perkampungan  bani Salim, ternyata dia adalah  seorang tua yang tunanetra, yang sedang  shalat mengimami kaumnya.  Setelah dia usai salam dari shalatnya, aku  mengucapkan salam kepadanya  dan aku beritahukan jati diriku, kemudian  aku tanyakan kepadanya tentang  hadits itu. Dia lalu menceritakannya  kepadaku sebagaimana dahulu ia  menceritakannya kepadaku kali pertama."
Ibnu Syihab berkata, “Aku bertanya kepada al-Hushain bin Muhammad al   Anshari-salah seorang dari bani Salim dan termasuk salah seorang anggota   pasukan infanteri-tentang hadits Mahmud bin ar-Rabi’ (diatas), lalu ia   membenarkan hal itu.”  Yang Kanan dalam Memasuki Masjid dan Lain-Lain  Abdullah bin Umar memulai dengan kakinya yang kanan, sedangkan bila  keluar, ia memulainya dengan kakinya yang kiri.[ #. Aisyah berkata,  “Nabi Muhammad saw suka sekali mendahulukan yang  kanan sebisa mungkin  dalam semua urusannya, seperti dalam bersuci,  menyisir rambut, dan  memakai terompah.”  Boleh Menggali Kubur Kaum Musyrikin di Zaman  Jahiliah dan Mempergunakan Tempat Itu Sebagai Masjid? Nabi Muhammad saw  bersabda, “Allah melaknat orang Yahudi karena  mereka membangun  tempat-tempat ibadah di kuburan-kuburan para nabi  mereka.” Juga  dibencinya shalat di kuburan. Umar melihat Anas bin Malik shalat di sisi  kuburan dan berseru,  “Kuburan! Kuburan!” Beliau tidak menyuruh  mengulangi shalatnya.[ #. Anas r.a. berkata, “Nabi Muhammad saw datang  ke Madinah. Beliau  turun di Madinah kawasan atas, di suatu perkampungan  yang disebut bani  Amr bin Auf. Nabi Muhammad saw tinggal di tempat  mereka selama empat  belas malam. Beliau lalu mengirimkan (utusan)  kepada orang-orang bani  Najjar. Mereka datang dengan menyandang pedang.  Seolah-olah aku melihat  Nabi Muhammad saw di atas kendaraan beliau,  Abu Bakar mengiringi beliau,  dan orang-orang bani Najjar di sekeliling  beliau, sehingga beliau  meletakkan kendaraan beliau di halaman rumah  Abu Ayyub. Beliau suka  menunaikan shalat di mana saja sewaktu tiba  waktu shalat dan beliau  shalat di tempat menderumnya kambing. [Kemudian  sesudah itu, aku  mendengar dia berkata, 'Beliau shalat di tempat  menderumnya kambing,  sebelum dibangunnya masjid.'] (Dalam satu riwayat:  Kemudian) beliau  menyuruh membangun masjid dan beliau minta  dipanggilkan orang-orang bani  Najjar, lalu beliau bersabda, ‘Berapakah  harga kebunmu ini?’ Mereka  menjawab, ‘Tidak. Demi Allah, kami tidak  meminta harganya kecuali kepada  Allah ta’ala.’ Anas berkata, ‘Di kebun  itu terdapat apa yang aku  katakan kepadamu, yaitu kuburan orang-orang  musyrik, juga terdapat  reruntuhan dan terdapat pohon kurma. Nabi  Muhammad saw. lalu  memerintahkan supaya kuburan orang-orang musyrik itu  digali, kemudian  reruntuhan itu diratakan, dan pohon-pohon kurma  ditebang. Mereka  menjajarkan batang-batang pohon kurma di arah kiblat  masjid. Kedua  ambang pintu dibuat dari batu. Mereka memindahkan  batu-batu seraya  bersyair rajaz dan Nabi bersama mereka sambil berkata  (dalam satu  riwayat: bersama mereka mengucapkan), (“Ya Allah, tiada  kebaikan kecuali  kebaikan akhirat, maka ampunilah orang-orang Anshar  dan Muhajirin.’)” shalat di Kandang Kambing (Aku berkata, “Dalam bab  ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian dari hadits Anas  di muka.”)  di Tempat Pembaringan (Ladang-Ladang) Unta #. Nafi’  berkata, “Aku melihat Ibnu Umar shalat menghadap untanya  dan ia  berkata, ‘Aku melihat Nabi Muhammad saw melakukannya.’”  yang Shalat di  Depan Tungku Pemanasan atau Api atau  Hal-Hal Lain Yang Disembah Orang,  Tetapi Dia Memaksudkan Shalatnya  Semata-mata untuk Allah Anas berkata  bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Neraka ditampakkan kepadaku ketika  aku sedang shalat” (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari  meriwayatkan dengan  isnadnya bagian dari hadits Ibnu Abbas yang akan  disebutkan pada Kitab  ke-16 ‘al-Kusuf’, Bab ke-9.”)  Shalat di Kuburan  #. Ibnu Umar berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Lakukanlah   sebagian shalatmu (selain shalat fardhu, yakni shalat sunnah) di rumahmu   dan janganlah kamu jadikan rumahmu itu sebagai kuburan (bukan tempat   shalat).”  di Tempat Tempat Reruntuhan Gempa dan Bekas Azab Diriwayatkan  bahwa Ali tidak menyukai shalat di tempat bekas reruntuhan gempa di  Babil. (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan   isnadnya hadits Ibnu Umar yang akan disebut kan pada Mtab ke-60   ‘al-Anbiya’, Bab ke17.”)  di Gereja atau Candi (Tempat Ibadah Agama  Selain Islam) Umar berkata, “Kami tidak memasuki gereja-gerejamu karena  patung-patung dan gambarnya itu.” Ibnu Abbas shalat di dalam biara  (tempat ibadah agama lain) kecuali biara yang ada patung di dalamnya.  (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan   isnad-nya hadits Aisyah yang akan disebutkan pada Kitab ke-23   ‘al-Janaiz’, Bab ke-62.”)  #. Aisyah dan Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas)  berkata, “Ketika  Rasulullah saw menghadapi kematian, beliau  melemparkan selendang pada  muka beliau. Ketika selendang itu menutupi  muka beliau, beliau  membukanya seraya bersabda dalam keadaan demikian,  ‘Laknat (kutukan)  Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani karena  mereka menjadikan  kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid (tempat  ibadah).’” Beliau  mempertakutkan akan apa yang mereka perbuat.[ #. Abu  Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Semoga  Allah  melaknat orang-orang Yahudi karena mereka membangun tempat-tempat   ibadah di atas kuburan nabi-nabi mereka.”  Nabi Muhammad saw., “Bumi Itu  Dijadikan untukku Sebagai Tempat Shalat dan Alat Bersuci (Tayamum).”    Tidurnya Seorang Wanita di Masjid  #. Aisyah berkata bahwa seorang budak  perempuan hitam milik suatu  perkampungan Arab yang sudah mereka  merdekakan, tetapi masih suka  bersama mereka, berkata, “Seorang anak  perempuan kecil yang mengenakan  selendang merah dari kulit keluar  kepada mereka. Diletakkannya atau  jatuh darinya dan lewatlah seekor  burung rajawali dan burung itu mengira  selendang yang jatuh itu sebagai  daging, lantas dipungut nya. Mereka  mencari selendang itu, namun tidak  ditemukan, lalu mereka menuduhku.  Mereka mencarinya sehingga mereka  mencari di kemaluanku. (Dalam satu  riwayat: Mereka lalu menyiksaku  sampai mereka mencari di kemaluanku, . Demi Allah, sungguh aku berdiri  bersama mereka [sedang aku masih  dalam kesedihan], tiba-tiba burung  rajawali itu lewat [hingga sejajar  dengan kepala kami] lantas  menjatuhkan selendang itu. Selendang itu  jatuh di antara mereka [lalu  mereka mengambilnya]. Aku berkata, ‘Itulah  selendang yang kamu tuduh  aku mengambilnya, padahal aku sama sekali  tidak mengambilnya. Inilah  dia!’ Perempuan itu mengatakan bahwa ia  datang kepada Rasulullah saw  dan masuk Islam. Aisyah berkata, ‘Perempuan  itu mempunyai kemah atau  bilik dari tumbuh-tumbuhan di masjid.  Perempuan itu datang dan  bercerita kepadaku. Tidaklah dia duduk di  tempatku melainkan ia  mengatakan, ‘Hari selendang adalah sebagian dari  keajaiban Tuhan kita.  Ketahuilah, bahwasanya Tuhan menyelamatkan aku  dari negara kafir.’ Aku  bertanya kepada perempuan itu, ‘Mengapakah  ketika kamu duduk bersamaku  mesti kamu ucapkan kalimat ini?’ Perempuan  itu lalu menceritakan  cerita-cerita ini.’” Orang Laki-Laki di Masjid Anas berkata, “Beberapa  orang dari suku Ukal datang kepada Nabi Muhammad saw., kemudian mereka  bertempat di teras masjid.” Abdur Rahman bin Abu Bakar berkata,  “Orang-orang Ahlush Shuffah  (orang-orang yang berdiam di teras masjid)  itu adalah orang-orang  fakir.” #. Abu Hurairah berkata, “Aku melihat  ada tujuh puluh orang dari  Ahlush Shuffah, tiada seorang pun di antara  mereka itu yang mempunyai  selendang. Mereka hanya memiliki izar (kain  panjang) atau  lembaran-lembaran kain yang diikat seputar leher mereka.  Di antara  lembaran kain itu ada yang hanya sampai pada separo betis dan  ada yang  sampai pada kedua mata kaki, dan mereka menyatukannya dengan  tangan  mereka, karena khawatir aurat mereka terlihat”  Ketika Datang  dari Bepergian Ka’ab bin Malik berkata, “Apabila Nabi Muhammad saw.  pulang dari  bepergian, beliau terlebih masuk ke masjid, lalu shalat di  sana.’”   Masuk Masjid Hendaklah Shalat Dua Rakaat #. Abu Qatadah  as-Salami berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,  “Apabila salah seorang  di antaramu masuk masjid, hendaklah ia shalat dua  rakaat sebelum  duduk.” (Dalam satu riwayat: “Janganlah ia duduk  sehingga shalat dua  rakaat.”
hadats di Dalam Masjid (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam  Bukhari meriwayatkan dengan  isnadnya bagian dari hadits Abu Hurairah  yang tersebut pada Kitab ke-10  ‘al-Adzan’, Bab ke-30.”)  membangun  Masjid Abu Said berkata, “Atap masjid terbuat dari pelepah-pelepah pohon  kurma.” Umar menyuruh membangun masjid dan berkata, “Lindungilah  manusia  (yang berjamaah di dalamnya) dari hujan. Jangan sekali-kali  diwarnai  merah atau kuning karena hal itu dapat menyebabkan orang-orang  tergoda  (tidak khusuk).” Anas mengatakan, “Banyak orang yang akan  bermegah-megahan dalam  mendirikan masjid, tetapi mereka tidak  memakmurkannya (meramaikannya)  melainkan sedikit” Ibnu Abbas berkata,  “Sesungguhnya, kalian akan bersungguh-sungguh  menghiasi masjid-masjid  kalian seperti orang-orang Yahudi dan Kristen  menghiasi (gereja dan  rumah ibadah mereka).” #. Abdullah (bin Umar) berkata bahwa masjid pada  zaman Rasulullah  saw dibangun dengan batu bata, atapnya dengan pelepah  korma, dan  tiangnya dengan batang pohon korma. Abu Bakar r.a. tidak  menambahnya  sedikit pun. Umar r.a. menambahnya dan membangun masjid  seperti bangunan  di masa Rasulullah saw dengan batu bata dan pelepah  korma, dan  mengganti tiangnya dengan kayu. Selanjutnya, Utsman r.a.  mengubahnya dan  melakukan penambahan yang banyak. Ia membangun  dindingnya dengan batu  yang diukir dan dibuat pola tertentu. Ia  menjadikan tiang nya dari batu  yang diukir dan atapnya dari kayu jati.  -menolong dalam Membangun (Memakmurkan) Masjid.
Firman Allah,  “Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan  masjid-masjid  Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir.  Itulah  orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam   neraka. Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang   yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan   shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada (siapapun) selain kepada   Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan   orang-orang yang mendapat petunjuk.” (at-Taubah: 17-18) #. Ikrimah  berkata, “Ibnu Abbas berkata kepadaku dan kepada anakku,  yaitu Ali,  ‘Berangkatlah kamu berdua ke rumah Abu Sa’id, lalu dengarlah  apa yang  diceritakannya.’ Kami berdua pergi kepadanya dan kami dapati  dia [dan  saudaranya,  dalam kebun membersihkan kebun itu.  [Setelah melihat kami,  dia datang] lalu diambilnya selendangnya dan ia  duduk dengan berpegang  lutut. Dia mulai bercerita kepada kami hingga  sampai menyebutkan  pembangunan masjid. Ia berkata, ‘Kami dahulu membawa  [batu bata masjid]  satu demi satu dan Ammar membawa dua-dua batu bata,  lalu Nabi Muhammad  saw melihatnya dan beliau menghilangkan debu darinya  (dalam satu  riwayat: beliau mengusap debu dari kepalanya) seraya  bersabda, ‘Kasihan  Ammar, ia akan dibunuh oleh golongan yang zalim,  padahal ia mengajak  mereka ke surga, sedangkan mereka mengajaknya ke  neraka.’ Ammar  menjawab, ‘Aku berlindung kepada Allah dari fitnah-fitnah  itu.’”   Pertolongan Kepada Tukang Kayu dan Ahli Bangunan untuk Mendirikan  Tiang-Tiang Mimbar dan Masjid #. Jabir berkata bahwa seorang wanita  berkata, “Wahai Rasulullah,  dapatkah aku membuatkan sesuatu untukmu  yang dapat engkau duduk di  atasnya karena aku mempunyai seorang budak  yang merupakan seorang tukang  kayu?” Beliau bersabda, “Jika kamu mau,  bolehlah.” Perempuan itu lalu  membuatkan tempat duduk yang berupa  mimbar.  yang Mendirikan Masjid #. Ubaidillah al-Khaulani mendengar  ucapan Utsman bin Affan r.a.  ketika ia mendengar perkataan orang-orang  di kala membangun masjid  Rasulullah saw., “Sesungguhnya, kamu telah  berbuat banyak dan  sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda,  ‘Barang siapa yang  membangun masjid-Bukair berkata, ‘Aku kira beliau  bersabda’-karena  mengharapkan keridhaan Allah, Allah akan membangunkan  untuknya yang  seperti itu di surga.’”  Mata Panah dengan Tangan Sewaktu  Lewat di Masjid 251. Jabir bin Abdullah berkata, “Seorang laki-laki  lewat di masjid  sambil membawa panah [dengan menampakkan mata  panah/bagian tajamnya  8/190] lalu Rasulullah saw bersabda kepadanya,  ‘Peganglah mata panahnya  [jangan sampai menggores orang muslim].’ [Dia  menjawab, 'Ya, aku  laksanakan.']” lewat di Masjid #. Abu Musa berkata  bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Barangsiapa  yang lewat pada sesuatu  dari masjid-masjid kami atau pasar kami dengan  anak panah, hendaklah ia  pegang mata panahnya; janganlah ia melukai  muslim dengan telapaknya.”  (Dalam satu riwayat: “Jangan sampai ada  sesuatu darinya yang menimpa  salah seorang muslim.” 8/90) : Bersyair di Dalam Masjid #. Abu Salamah  bin Abdurrahman bin Auf mendengar Hassan bin Tsabit  al Anshari meminta  kesaksian kepada Abu Hurairah r.a. (dan dari jalan  Said ibnul Musayyab,  berkata, “Umar lewat di masjid dan Hasan sedang  bersenandung. Hassan  berkata (kepada Umar yang memelototinya), ‘Aku  pernah bersenandung  (bersyair) di dalamnya, sedangkan di sana ada orang  yang lebih baik  daripada engkau.’ Hassan lalu menoleh kepada Abu  Hurairah seraya  berkata,  ['Hai Abu Hurairah, , aku meminta  kepadamu dengan nama Allah,  apakah kamu mendengar Rasulullah saw.  bersabda, ‘Wahai Hassan,  jawablah dari Rasulullah saw (dalam satu  riwayat: jawablah dariku).  ‘Wahai Allah, kuatkanlah ia dengan ruh suci  (Jibril).’ Abu Hurairah  menjawab, ‘Ya.’” -Orang yang Bermain Tombak (Anggar) di Dalam Masjid  (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan  isnadnya  hadits Aisyah yang tercantum pada Kitab ke-12 ‘al-Idaini’, Bab  ke-2.”)   Jual Beli di Atas Mimbar di Dalam Masjid (Aku berkata, “Dalam bab ini,  Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnad  nya hadits Aisyah dalam masalah  pemerdekaan Barirah yang tercantum pada  Kitab ke-24 ‘al-Buyu”, Bab  ke-73.”) menagih Utang dan Memberi Ketetapan di Masjid #. Ka’ab bin  Malik berkata bahwa ia beperkara utang dengan  [Abdullah,  Ibnu Abi  Hadrad [al-Aslami] [pada masa Rasulullah  saw.,  masjid, [lalu ia  mendesaknya, kemudian keduanya  bersitegang]; suara keduanya keras  hingga terdengar oleh Rasulullah saw.  yang sedang berada di rumah  beliau. Beliau keluar menemui keduanya  sehingga terbukalah tirai kamar  beliau. Beliau memanggil [Ka'ab bin  Malik, , “Hai, Ka’ab.” Ia menjawab,  “Ya, wahai Rasulullah.”  Beliau bersabda, “Lunasilah sebagian dari  utangmu ini.” Beliau memberi  isyarat kepadanya [dengan tangan beliau],  yakni separonya. Ia menjawab,  ‘Telah aku lakukan, wahai Rasulullah”.  Beliau bersabda, “Berdirilah,  lalu tunaikanlah.” [Lalu ia mengambil  separo utangnya dan membiarkan  yang separonya]. menyapu  Masjid,  Memunguti Sobekan Kain, Kotoran, dan Kayu-kayuan Harum-haruman #. Abu  Hurairah berkata bahwa seorang laki-laki hitam atau wanita  hitam  penyapu masjid [aku tidak mengetahuinya kecuali seorang  wanita], lalu  ia meninggal [sedang Nabi Muhammad saw. tidak  mengetahui kematiannya, ,  lalu beliau menanyakannya [seraya  bersabda, "Apa yang dilakukan  orang-orang itu?"] Mereka manjawab,  “Meninggal.” Nabi Muhammad saw  menimpali, “Mengapa kamu tidak  memberitahukan kepadaku? Tunjukkanlah  kuburannya (dengan dhamir/kata  ganti “hi” (untuk laki-laki)) kepadaku!”  Atau, beliau bersabda, “Atau  kuburannya (dengan kata ganti untuk  wanita).” Beliau lalu datang ke  kuburnya dan menshalatinya. :  Diharamkannya Jual Beli Khamr di Masjid #. Aisyah r.a. berkata, “Ketika  diturunkan ayat-ayat [ surah al-Baqarah tentang riba, Nabi Muhammad saw  keluar ke  masjid. Beliau lalu membacakannya kepada orang-orang dan  beliau  mengharamkan berdagang khamr” : Pelayan-Pelayan untuk  Kepentingan Masjid Ibnu Abbas berkata mengenai ayat (tentang perkataan  istri Imran),  “Aku nazarkan untuk Mu (ya Allah) anak yang ada dalam  kandunganku,”  ialah untuk melayani kepentingan masjid. (Aku berkata,  “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan  isnadnya hadits Abu  Hurairah yang telah disebutkan dua bab sebelumnya.”) : Orang yang  Menjadi Tawanan atau Bermasalah Diikat di Masjid (Aku berkata, “Dalam  bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan  isnadnya hadits Abu Hurairah  pada Kitab ke 21 ‘al-Amal fish Shalah’, Bab  ke-10.”) : Mandi Ketika  Masuk Islam dan Mengikat Seorang Tawanan di Masjid Syuraih memerintahkan  agar orang yang bermasalah ditahan (diikat) di tiang masjid. (Aku  berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan  isnadnya  hadits Abu Hurairah yang tercantum pada Kitab ke-64  ‘al-Maghazi’, Bab  ke-72.”) : Membuat Kemah di Masjid untuk Orang-Orang Sakit dan Lainnya  (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan  isnadnya  hadits Aisyah yang tertera pada Kitab ke-64 ‘al-Maghazi’, Bab  ke-72.”)  : Memasukkan Unta ke dalam Masjid Karena Sakit Ibnu Abbas berkata,  “Nabi Muhammad saw melakukan thawaf dengan menaiki unta.” #. Ummu  Salamah berkata, “Aku mengadu kepada Rasulullah saw bahwa  aku sakit.  Beliau bersabda, ‘Thawaflah di belakang orang-orang dan kamu  naik  kendaraan.’ (Dalam satu riwayat darinya: Rasulullah saw bersabda   kepadanya-ketika itu beliau berada di Mekah dan hendak keluar-, ‘Apabila   telah diiqamati shalat subuh, berthawaflah di atas unta mu ketika   orang-orang sedang shalat, . Aku lalu thawaf dan Rasulullah  saw sedang  shalat di samping Baitullah seraya membaca ath-Thuur wa  Kitaabim  Masthuur.” [Ummu Salamah tidak melakukan shalat sehingga dia  keluar.] :  Pintu Kecil dan Jalan Berlalu dalam Masjid #. Abu Sa’id al-Khudri  berkata, “Nabi Muhammad saw berkhotbah  [kepada orang banyak,  dan  beliau bersabda, ‘Sesungguhnya, Allah  menyuruh hamba Nya untuk memilih  antara [diberi kemewahan] dunia dan apa  yang ada di sisi-Nya, lalu  hamba itu memilih apa yang ada di sisi  Allah.’ Abu Bakar r.a. menangis  [dan berkata, 'Kami tebus dirimu dengan  bapak dan ibu kami.'] Aku  berkata dalam hati, ‘Apakah yang menjadikan  Tuan ini menangis? Jika  Allah menyuruh seorang hamba untuk memilih  antara [diberi kemewahan]  dunia dan apa yang ada di sisi-Nya, lalu hamba  itu memilih apa yang ada  di sisi Allah [dan dia berkata, 'Kami tebus  dirimu dengan bapak dan  ibu kami,'] sedang Rasulullah saw itu adalah  seorang hamba, padahal Abu  Bakar itu adalah orang yang terpandai di  antara kami.’ Beliau  bersabda, ‘Wahai Abu Bakar, janganlah kamu  menangis. Sesungguhnya,  orang yang paling dermawan atasku dalam berteman  dan hartanya adalah  Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil khalil  (kekasih dalam arti  khusus) [selain Tuhanku] dari umatku, niscaya aku  mengambil Abu Bakar.  Akan tetapi, persaudaraan (dalam satu riwayat:  kekhalilan) Islam dan  kasih sayangnya tidak membiarkan pintu (dalam satu  riwayat: pintu  kecil) di masjid melainkan ditutup kecuali pintu (dalam  riwayat lain:  pintu kecil) Abu Bakar.’” #. Ibnu Abbas r.a. berkata, “Rasulullah saw di  kala sakit, yang  beliau wafat dalam sakit itu, keluar dengan mengikat  kepala beliau  dengan potongan kain. Beliau duduk di mimbar lalu beliau  memuji dan  menyanjung Allah, kemudian beliau bersabda, ‘Tidak ada  seorang pun yang  lebih dermawan terhadapku dalam jiwa dan hartanya  daripada Abu Bakar bin  Abu Quhafah. Seandainya aku mengambil kekasih  dari manusia niscaya aku  mengambil Abu Bakar sebagai kekasih. Akan  tetapi, persahabatan Islam  lebih utama.’ (Dalam satu riwayat: ‘Akan  tetapi, dia adalah saudaraku  dan sahabatku.’.” Dalam riwayat lain dari  Ibnu Abbas, “Adapun  ucapan Rasulullah saw., ‘Seandainya aku mengambil  kekasih dari umat ini  niscaya aku ambil Abu Bakar, tetapi persaudaraan  Islam itu lebih utama  atau lebih baik,’ maka beliau mengucapkan yang  demikian ini karena  beliau menempatkan atau menetapkan Abu Bakar  sebagai ayah (mertua).’  ‘Tutuplah dariku setiap pintu di masjid ini  kecuali pintu Abu  Bakar.’” : Pintu-Pintu dan Kunci-Kunci Ka’bah serta  Masjid #. Ibnu Juraij berkata, “Ibnu Abi Mulaikah berkata kepadaku,  ‘Wahai  Abdul Malik, aku ingin kamu telah melihat masjid Ibnu Abbas dan   pintu-pintunya.’” (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari  meriwayatkan dengan  isnadnya hadits Ibnu Umar yang tercantum pada Kitab  ke-56 ‘al-Jihad’,  Bab ke-127.”) : Masuknya Orang Musyrik ke Dalam  Masjid (Aku berkata, “Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan   isnad-nya hadits Abu Hurairah yang tercantum pada Kitab ke-64   ‘al-Maghazi’, Bab ke-72.”) : Mengeraskan Suara di Dalam Masjid #. Saib  bin Yazid berkata, “Aku sedang berdiri di masjid, lalu ada  seorang  laki-laki melempariku dengan beberapa batu kecil. Aku melihat ke   arahnya, ternyata orang itu adalah Umar ibnul Khaththab. Ia berkata,   ‘Pergilah, kemudian bawalah kedua orang itu ke sini!’ Aku membawa kedua   orang itu kepadanya. Umar berkata, ‘Siapakah Anda berdua ini?’ Atau, ia   berkata, ‘Dari manakah Anda berdua ini?’ Mereka menjawab, ‘Kami  penduduk  Thaif.’ Umar berkata, ‘Seandainya Anda berdua penduduk negeri  ini  niscaya aku pukul Anda. Pantaskah Anda berdua mengeraskan suara di   masjid Rasulullah saw.?’” : Pertemuan-Pertemuan Keagamaan Berbentuk  Lingkaran dan Duduk di Dalam Masjid #. Ibnu Umar berkata, “Seorang  laki-laki bertanya kepada Nabi  Muhammad saw ketika beliau [sedang di  masjid] di atas mimbar [berkhotbah  kepada orang banyak], ‘Bagaimanakah  shalat malam itu?’ Beliau bersabda,  ‘Dua (rakaat) dua (rakaat). Jika  takut kedahuluan subuh, shalat satu  rakaat sebagai witir shalat yang  sudah dikerjakan.’ Dia berkata,  ‘Jadikanlah akhir shalatmu di malam  hari itu witir karena Nabi Muhammad  saw memerintahkan demikian.’”  (Dalam satu riwayat: “Apabila engkau takut  didahului masuknya waktu  subuh, shalatlah satu rakaat sebagai witir  bagi shalat yang sudah  engkau kerjakan.”) : Berbaring di Masjid dan Menjulurkan Kaki #. Paman  Abbad bin Tamim pernah melihat Rasulullah saw. telentang  di masjid  sambil meletakkan salah satu kaki beliau di atas yang lain #. Sa’id  ibnul Musayyab berkata “Umar dan Utsman juga pernah melakukan hal yang  seperti itu.” : Masjid yang Ada di Jalan dengan Tidak Mengganggu Orang  Banyak Al Hasan, Ayyub, dan Malik mengatakan begitu (yakni masjid di  pinggir jalan hendaknya tidak mengganggu orang banyak). : Shalat di  Masjid Pasar Ibnu Aun shalat di masjid yang ada di rumahnya dan pintunya  ditutup sehingga tidak dapat dimasuki oleh orang banyak. #. Abu  Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad saw., bersabda,  “Shalat  jamaah melebihi atas shalat seseorang di rumahnya dan di  pasarnya  dengan dua puluh lima derajat. Sesungguhnya, salah seorang di  antaramu  apabila berwudhu dengan baik lalu datang ke masjid hanya karena  mau  shalat, tidaklah ia melangkahkan satu langkah melainkan Allah  menaikkan  derajatnya satu derajat dan menghapuskan satu kesalahan  darinya sampai  ia masuk masjid. Apabila ia masuk masjid, ia (dinilai dan  diberi  pahala seperti) berada dalam shalat selama ia bertahan karenanya  dan  malaikat memohonkan rahmat selama ia di dalam majelisnya yang mana  ia  shalat di dalamnya dan malaikat itu mengucapkan, ‘Ya Allah, ampunilah   ia, ya Allah sayangilah ia,’ selama ia belum berhadats.’” : Menyilangkan  Jari-Jari Tangan (Memasukkan Sela-Sela Jari  Tangan Satu ke Dalam  Sela-Sela Jari Tangan yang Lain) di Dalam Masjid  dan di Luar Masjid #.  Ibnu Umar atau Ibnu Amr berkata, “Nabi Muhammad saw menjalinkan  jari-jari beliau.” Abdullah (Ibnu Umar) berkata bahwa Rasulullah saw  bersabda,  “Wahai Abdullah bin Amr, bagaimana keadaanmu kalau kamu  berada di antara  endapan (ampas) orang-orang seperti ini…?” #. Abu Musa  r.a. berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda,  “Sesungguhnya, orang  mukmin bagi orang mukmin lain seperti sebuah  bangunan di mana  sebagiannya menguatkan sebagian yang lain,” dan beliau  menjalinkan  (menyilangkan) jari-jarinya. #. Abu Hurairah r.a. berkata, “Rasulullah  saw shalat bersama kami  dalam salah satu dari dua shalat petang hari  [zhuhur atau ashar, ”  Ibnu Sirin berkata, “Abu Hurairah menyebutkan  jenis shalat itu, tetapi  aku lupa.” Muhammad (bin Sirin) berkata,  “[Dugaan berat aku adalah  shalat ashar,, dan dalam satu riwayat:  zhuhur,  Abu  Hurairah berkata, “Beliau shalat bersama kami dua rakaat,  kemudian  beliau salam, lalu beliau berdiri pada kayu yang melintang di  [bagian  depan] masjid, kemudian beliau bersandar padanya seolah-olah  beliau  marah. Beliau meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri,  menjalin  antara jari-jari, dan meletakkan pipi kanan di atas bagian  luar dari  telapak tangan kiri beliau, dan keluarlah orang-orang yang  bersegera  dari pintu masjid. Mereka berkata, ‘[Apakah] shalat sudah  diringkas?’  Adapun di kalangan kaum itu [pada waktu itu] ada Abu Bakar  dan Umar,  tetapi mereka takut untuk menyatakannya. Di antara kaum itu  ada seorang  laki-laki yang kedua tangannya panjang yang disebut (dalam  satu riwayat:  Nabi Muhammad saw biasa memanggilnya) Dzulyadain, dia  berkata, ‘Wahai  Rasulullah, apakah engkau lupa ataukah memang shalat  sudah diqashar  (diringkas)?’ Beliau bersabda, ‘Aku tidak lupa dan tidak  pula shalat itu  diqashar.’ [Dzulyadain berkata, 'Bahkan, engkau lupa,  wahai  Rasulullah.'] Beliau bertanya (kepada orang banyak), ‘Apakah  (benar)  sebagaimana yang dikatakan oleh Dzulyadain?’ Mereka menjawab,  ‘Ya.’  [Beliau bersabda, 'Benar Dzulyadain.' Beliau lalu berdiri],  kemudian  beliau maju dan shalat akan apa yang tertinggal [dalam satu  riwayat: dua  rakaat lagi, 8/133], kemudian beliau salam, kemudian  beliau bertakbir  dan sujud seperti sujudnya atau lebih lama. Beliau  lalu mengangkat  kepala dan bertakbir, kemudian bertakbir dan sujud  seperti sujudnya atau  lebih lama. Beliau lalu mengangkat kepala dan  bertakbir.’” Bisa jadi,  mereka bertanya, “Kemudian beliau salam?” Sirin  berkata, “Kami  mendapat informasi bahwa Imran bin Hushain berkata,  ‘Beliau lalu  salam.’” : Masjid-Masjid yang Terdapat di Jalan-Jalan  Madinah dan Tempat-Tempat yang Ditempati Nabi Muhammad saw. Shalat #.  Musa bin Uqbah berkata, “Aku pernah melihat Salim bin Abdullah   mencari-cari beberapa tempat di jalan tertentu, lalu ia shalat di   tempat-tempat itu dan memberitahukan bahwa ayahnya pernah shalat di   tempat-tempat itu dan ayahnya pernah melihat Nabi Muhammad saw. shalat   di tempat itu.” Nafi’ memberitahukan kepadaku dari Ibnu Umar bahwasanya   ia mengerjakan shalat di tempat-tempat itu. Aku bertanya pula kepada   Salim, maka aku tidak mengetahuinya melainkan cocok dengan apa yang   diterangkan Nafi’ mengenai letak tempat tempat itu seluruhnya, hanya   saja mereka berbeda pendapat mengenai masjid yang terletak di Syaraf   ar-Rauha’.” #. Nafi’ berkata bahwa Abdullah memberitahukan kepadanya  bahwa  Rasulullah saw. singgah di bani Dzul Khulaifah ketika beliau  umrah dan  ketika beliau haji, di bawah pohon yang berduri di kawasan  masjid yang  ada di Dzul Khulaifah. Apabila beliau pulang dari suatu  peperangan atau  ketika pulang dari haji atau umrah, beliau turun dari  perut suatu lembah  (yakni Wadil Atiq) di jalan itu. Apabila beliau  muncul dari suatu  lembah, beliau menderumkan (unta) di tempat  mengalirnya air di tebing  lembah timur. Beliau tiba di sana di malam  hari sampai masuk waktu  subuh, tidak di masjid yang ada batunya dan  tidak pula di bukit yang ada  masjidnya. Di sana, ada celah di mana  Abdullah shalat; di lembahnya ada  tumpukan pasir, di sana Rasulullah  saw shalat, lalu tumpukan pasir itu  hanyut oleh banjir di tempat  mengalirnya air, sehingga menimbuni tempat  yang dipakai shalat oleh  Abdullah. #. Abdullah berkata bahwa Nabi Muhammad saw shalat di masjid  kecil  yang lebih kecil daripada masjid di dataran tinggi Rauha’.  Abdullah  mengetahui tempat yang dipergunakan shalat oleh Nabi Muhammad  saw. Ia  berkata, “Di sana, di sebelah kananmu ketika kamu berdiri  shalat di  masjid itu. Masjid itu di pinggir sebelah kanan, manakala  kamu pergi ke  Mekah. Jaraknya dengan masjid besar adalah satu lemparan  batu atau yang  semisal itu.” #. Abdullah bin Umar shalat di lembah  Irquzh-Zhibyah yang ada di  ujung Rauha’. Lembah itu penghabisan  ujungnya di pinggir jalan di bawah  masjid yang terletak di antaranya  dengan ujung Rauha’ di kala kamu pergi  ke Mekah dan di sana telah  dibangun masjid. Abdullah tidak shalat di  masjid itu. Ia  meninggalkannya dari sebelah kiri dan sebelah  belakangnya, dan ia  shalat di mukanya sampai ke lembah itu sendiri.  Abdullah pulang dari  Rauha’ dan ia tidak shalat zhuhur sehingga tiba di  tempat itu, lalu dia  shalat zhuhur di sana. Apabila ia datang dari  Mekah, jika ia  melewatinya sesaat sebelum subuh atau di akhir waktu  sahur, ia singgah  sehingga ia shalat subuh di sana. #. Abdullah berkata bahwa Nabi  Muhammad saw. singgah di bawah pohon  besar dekat Ruwaitsah di sebelah  kanan jalan, yakni jalan tembus di  tempat yang rendah dan datar  sehingga ia keluar dari bukit kecil di  bawah dua mil dari Ruwaitsah.  Bagian atasnya telah runtuh dan gugur ke  jurangnya dan bagian itu ada  di belakang, dan di belakang itu pula  terdapat banyak puing. #. Nafi’  berkata bahwa Nabi Muhammad saw shalat di ujung saluran  air di belakang  Araj. Anda pergi ke dataran tinggi, di  sebelah masjid itu terdapat dua  atau tiga kuburan. Di atas kuburan itu  ada batu nisan, di sebelah  kanan jalan, di sebelah bebatuan jalan, di  antara bebatuan itu Abdullah  pulang dari Araj setelah matahari  tergelincir di siang hari, lalu ia  shalat zhuhur di masjid itu. #. Abdullah bin Umar bercerita kepadanya  (Nafi’) bahwa Rasulullah  saw singgah di pohon-pohon di kiri jalan di  tempat saluran dekat  Harsya. Saluran itu lekat dengan (terletak di)  ujung Harsya, antara  dia dengan jalan dekat dari sasaran panah  (jaraknya sekitar dua per tiga  mil). Abdullah shalat di bawah pohon  yang terdekat dari jalan dan  itulah pohon yang paling tinggi. #. Dulu,  Nabi Muhammad saw singgah di saluran yang terdekat dengan  Zhahran ke  arah Madinah ketika beliau singgah di Shafrawat. singgah di saluran itu  di sebelah kiri jalan di kala kamu pergi  ke Mekah. Antara tempat  tinggal Rasulullah saw dan jalan itu hanya satu  lemparan batu. #.  Abdullah bin Umar bercerita kepada Nafi’ bahwasanya Nabi  Muhammad saw  singgah di Dzi Thuwa dan bermalam sampai pagi. Beliau  lalu shalat subuh  ketika tiba di Mekah. Mushalla Rasulullah saw di bukit  yang besar. Di  sana, tidak ada masjid yang dibangun, tetapi mushalla  nya di bawah  bukit yang besar. #. Abdullah bin Umar bercerita kepada Nafi’ bahwa Nabi  Muhammad  saw. menghadap dua tempat masuk gunung yang terletak di  antara gunung  itu dan gunung tinggi yang menuju Ka’bah. Beliau  memposisikan masjid  yang dibangun di sana berada di sebelah kiri masjid  yang berada di ujung  bukit Mushalla (tempat shalat) Nabi Muhammad saw  lebih bawah darinya di  atas bukit hitam, yang jaraknya dari bukit itu  sekitar sepuluh hasta.  Beliau lalu shalat dengan menghadap dua tempat  rnasuk yang ada antara  kamu dan Ka’bah.
Artikel Terkait:

 
 


comment:
0 komentar to “Shalat”
kotak emoticon:Posting Komentar
silahkan tinggalkan komentar anda disini.